Lapidarist alias Pengasah batu berharga? Benar sekali. Itu yang aku rasakan selama membimbing anak-anak dalam kelas-kelas Menulis & Mengilustrasi Cerita Bergambar. Anak-anak itu bak 'gemstones' dengan berbagai keunikannya masing-masing. Bahkan dari mereka jugalah aku jadi ikut belajar. Aku bukanlah Raja Midas yang bisa mengubah batu biasa jadi emas. Banyak cerita menarik tentang mereka, yang salah satunya aku share di bawah ini.
Sekitar awal Juni 2023, salah seorang pembimbing Student Club Cooking Class yang diselenggarakan di PKBM Piwulang Becik bertanya, apakah ada anak-anak dari Student Club Menulis & Mengilustrasi Cerita Bergambar (yang aku ampu) yang berkenan membantu ilustrasi buku masak mereka.
Tanpa ragu aku langsung menjawab, "Ada, dong!" Langsung terbayang deretan para batu berharga itu. Walau pun mereka belum pernah menjadi ilustrator beneran, walau pun nanti aku baru akan mengajari mereka satu teknik baru dalam membuat ilustrasi yang standout, tapi aku yakin 100% mereka sanggup! Dan mereka membuktikannya dengan memberi diri 200%! They are amazing! Melebihi ekspektasiku.
Untuk ilustrasi kali ini, aku mengajak Allegra dan Tiffany. Keduanya baru berusia 10 tahun dan belum pernah membuat ilustrasi menggunakan paper cut collage. Prosesnya berjalan dengan sangat baik, didukung pula oleh orang tua masing-masing yang sangat suportif. Sebelum masuk ke ilustrasi buku masak ini, aku minta mereka masing-masing mencoba membuat paper cut collage untuk cover cerita karya mereka sendiri, dan hasilnya lumayan bagus ("Buku Resep Rahasia", "Terjebak").
Jadi aku yakin mereka bisa memakai teknik ini untuk cover buku masak.
Selain ilustrasi cover, mereka juga membuat beberapa ilustrasi tambahan untuk halaman dalam. Salah satunya adalah ilustrasi Klepon karya Allegra dengan 'behind the scene' yang menunjukkan keuletannya sebagai ilustrator cilik. Aku awalnya minta Allegra untuk membuat bagian kelapanya dari sesuatu yang bisa ditaburkan di atasnya agar ilustrasinya lebih cakep. Awalnya Allegra memakai kertas yang dipotong tipis-tipis dan kecil, tapi hasilnya flat karena kertasnya juga lurus-lurus aja jatuhnya dan masih terlalu agak kebesaran. Allegra kemudian mencoba dua cara lainnya: menggulung kertas yang sudah diguntingnya dan memakai kertas tisu yang dipelintir kecil-kecil, yang kesemuanya tidak sesuai harapan. Allegra ingin mencoba kelapa parut beneran, yang membuatku tidak tega. Bagaimana jika tetap tak sesuai harapan, tapi gambar di bawahnya telanjur jadi rusak karena terkena basahnya kelapa parut? Namun Allegra bilang, kalau rusak dia akan membuatnya lagi! Wow! Itu bukan cuma asal ngomong, tapi dia sudah buktikan berkali-kali saat ada kesalahan pengerjaan.
Dan akhirnya benar Allegra memakai kelapa parut betulan, tapi yang sudah dikeringkan. Itu pun masih kebesaran, sehingga dia harus mem-'blender'nya lebih dulu. Hasil akhir yang cantik bisa kita lihat di sini dan sudah terpampang manis di buku masak itu.
Aku bangga dan terharu melihat hasil akhirnya. Mereka bekerja sungguh-sungguh tanpa perlu drama.
Opmerkingen